Rabu, 07 Agustus 2013

SEJARAH DESA BANTARWARU

Pada tahun 1482 di Desa Kedongdong diadakan Pesta Raja para Demang dan Kompeni Belanda yang menjadi Raja (SULTAN) di kesultanan Cirebon waktu itu bernama Kesultanan Pakungwati.
Pada waktu pesta, Raja Syeikh Ngora dan Syeikh Bentong menyerang Belanda dibantu oleh rakyat sekitarnya. Lokasi perang di lapangan TEGAL BERSIH sebelah barat Desa Kedongdong dan sekarang termasuk wilayah Desa Kodasari dan Susukan.
Peperangan yang sangat tidak seimbang antara jumlah Kompeni Belanda dengan pasukan Syeikh Ngora dan Syeikh Bentong sehingga Pasukan Syeikh Ngora dan Syeikh Bentong mengalami kekalahan.
Pada waktu Syeikh Ngora lari dari kejaran pasukan Kompeni Belanda ke arah barat ada hutan belantara yang banyak sekali ditumbuhi pohon waru, beliau membuka hutan dengan menggunakan SELENDANG MAYANG CINDE bilamana selendang itu dilempar menjadi api mulai membuka hutan.
Tahun 1568 seluruh warga kesultanan Cirebon berduka cita berpulang ke alam baqa Syeikh Ngora setelah berusia 120 tahun dikuburkan di Astana Gunung Jati Cirebon di depan pangimaman Masjid Astana disebut GEDE BANTARWARU.
Setelah Ki Gede Bantarwaru wafat Pangeran Walangsungsang alias Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon (paman Sunan Gunung Djati) yang merupakan murid dari Syeikh Datul Kahfi atau Syeikh Nur Djati, mengutus Buyut Cidum untuk meneruskan perjuangan Ki Gede Bantarwaru, karena tempat itu, dipersiapkan untuk persinggahan atau singgahnya para pejuang atau penggeden, bahkan menjadi tempat persembunyian. Para penggeden itu, tidak hanya dari Kesultanan Cirebon, tetapi juga dari kerajaan lainnya. Mengingat, jaman itu, Kerajaan Pakuan Padjajaran yang dipimpin Prabu Siliwangi (Ayah Pangeran Walangsungsang) masih berkuasa didataran pasundan.
Jejak berupa situs atau peninggalan lainnya dari orang Agung sendiri nyaris tidak bisa ditemui sekarang. Namun begitu, terdapat sisi lain yang masih disimpan oleh penggeden. Misalnya, Syeikh Maulana dari Kesultanan Cirebon, yang menyimpan ilmu kanuragannya berupa keris dan batu merah delima berbentuk kemangmang (pewujudan, mungkin khodam dari banaspati) di Pinangsraya (sekarang Buyut Raya). Konon, pusaka tersebut hanya bisa diambil oleh keturunannya. Atau, cerita Syeikh Masran bin Malik juga dari Cirebon, yang diutus untuk menaklukan dan mengusir bangsa lelembut di bantaran Kali Cimanuk (wilayah Buyut Kati, basuh cilik dan basuh gede). Lelembut yang tidak bersahabat dengan manusia itu, ditaklukan untuk diusir, sebagian yang mengikuti (jawa = manut) masih tersisa sampai sekarang. Tidak heran, sampai saat ini banyak orang dari sejumlah wilayah yang berjiyarah di buyut pejaratan yang ada di Bantarwaru.
Tentang Buyut Cidum, tidak ada informasi menyebutkan nama aslinya siapa. Tetapi cidum sendiri diambil dari bahasa sunda yakni ceudeum, artinya sejuk karena mendung atau sendu. Mengingat wilayah yang dihuni Buyut Cidum (sekarang pejaratan Buyut Cidum) begitu sepi suasananya. Ternyata, pada waktu yang sama juga, dua wilayah lainnya dibuka oleh kedua adik Buyut Cidum. Ya'ni Buyut Arsitem di kawasan Desa Sumber, Jatitujuh yang berbatesan dengan Indramayu, dan Buyut Depok di kawasan Sambeng dan Cigasong, Palasah.
Seiring dibukanya pemukiman baru bernama Bantarwaru, para penduduk dari luar daerah mulai masuk. Sedikitnya, terceritakan ada enam rumpun yang menjadi cikal bakal berkembang atau menjadi nenek moyang masyarakat Bantarwaru dan Ligung. Pertama berasal dari tanah Cakrabuana, Cirebon dan Cirebon Girang. Termasuk Buyut Cidum juga berasal dari tanah Cirebon. Selain itu, rumpun Galunggung yang datang dari tanah Sunda, juga banyak migran ke Bantarwaru. Selanjutnya, berdatangan dari kawasan lainnya, seperti Indramayu, Tegal, dan daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jadi, bisa dimafhumi kenapa penggunaan bahasa masyarakat Bantarwaru dan Ligung didominasi jawa. Namun sebagian penggunaan bahasanya juga mengadopsi sejumlah kosakata sunda.
Hadirnya banyak rumpun, juga menjadikan banyaknya buyut pejaratan. Sekiranya, terdapat tujuh yang semuanya berlokasi di Bantarwaru. Buyut pejaratan yang paling tua yakni Buyut Cidum. Namanya diambil dari nama tokoh yang membuka alas menjadi pemukiman itu. Kemudian Buyut Raya, nama terebut diambil dari nama Pinangsraya. Tidak nyata siapa orangnya, tetapi diceritakan orang Agung sakti yang pernah tinggal, lantas namanya dijadikan nama pejaratan. Jauh setelah itu, terdapat Buyut Panggih atau Buyut Kuru yang berada di Lunggandu, Dukuasih. Keberadaan Buyut Kuru sebagai sesepuh dikawasan tersebut. Terus, pejaratan Buyut Nurilah yang letaknya dibelakang Balai Desa Bantarwaru. Buyut Nurilah adalah seorang petapa dari Indramayu yang hingga akhir hayatnya dimakamkan ditempat tersebut. Adapun Buyut Kati, namanya diambil dari saudagar beras, bernama Katijah yang dimakamkan dilokasi tersebut. Sementara lainnya, terdapat Buyut Tekol dan Buyut Slamet. Intinya, penamaan buyut diambil dari masyarakat tokoh pada fase-fase tertentu di Bantarwaru.
Mengenai pemisahan kawasan sendiri, baru belakangan dilakukan menjadi dua wilayah. Pada masa Buyut Cidum dan sesudahnya hingga paling tidak masa kemerdekaan, dua kawasan tersebut masih menyatu. Namun begitu, muasal perbatasan Bantarwaru Ligung yakni kali mati, yang sekarang kali mati itu sudah ditutup. Namun seiring waktu, dirubah perbatasannya, yakni kali Cikeruh.

5 komentar:

  1. Assalamualaikum wrb salam persaudaraan,perkenalkan saya Sri Wulandari asal jambi,maaf sebelumnya saya hanya mau berbagi pengalaman kepada saudara(i) yang sedang dalam masalah apapun,sebelumnya saya mau bercerita sedikit tentang masalah saya,dulu saya hanya penjual campuran yang bermodalkan hutang di Bank BRI,saya seorang janda dua anak penghasilan hanya bisa dipakai untuk makan anak saya putus sekolah dikarenakan tidk ada biaya,saya sempat stres dan putus asa menjalani hidup tapi tiap kali saya lihat anak saya,saya selalu semangat.saya tidak lupa berdoa dan minta petunjuk kepada yang maha kuasa,tampa sengaja saya buka internet dan tidak sengaja saya mendapat nomor tlpon Aki Sulaiman,awalnya saya Cuma iseng2 menghubungi Aki saya dikasi solusi tapi awalnya saya sangat ragu tapi saya coba jalani apa yang beliau katakan dengan bermodalkan bismillah saya ikut saran Aki Sulaiman saya di ritualkan dana gaib selama 3 malam ritual,setelah rituialnya selesai,subahanallah dana sebesar 2M ada di dalam rekening saya.alhamdulillah sekarang saya bersyukur hutang di Bank lunas dan saya punya toko elektronik yang bisa dibilang besar dan anak saya juga lanjut sekolah,sumpah demi Allah ini nyata tampa karangan apapun,bagi teman2 yang mau berhubungan dengan Aki Sulaiman silahkan hub 085216479327 insya Allah beliau akan berikan solusi apapun masalah anda mudah2han pengalaman saya bisa menginspirasi kalian semua,Assalamualaikum wrb.JIKA BERMINAT SILAHKAN HUB AKI SULAIMAN 085-216-479-327,TAMPA TUMBAL,TIDAK ADA RESIKO APAPUN(AMAN) .

    BalasHapus
  2. Habibillah buyut cidum... mana suaranya

    Salam dari Anton
    Alfiyah ibnu malik

    BalasHapus
  3. salam dari bantarearunews.blogspot.com

    BalasHapus
  4. Asalamualaikum.. yg terhormat bapa/ibu sy mohon ijin share di media sejarah bantarwaru
    Agar anak cucu tdk melupakan sejarah leluhurnya..

    BalasHapus